Pengantar

Jurnal ini mengulas mengenai proses transformasi teori dan konsep aksi-aksi kesehatan masyarakat serta mengusulkan sebuah model logis (logic model) untuk pengendalian dan pencegahan HIV dan AIDS. Hal ini didasarkan atas potensi kegunaan model tersebut dari penerapannya di dalam mengkaji evolusi pengelolaan dan pencegahan HIV di negara yang paling padat penduduknya, yaitu Cina. Intervensi HIV di Cina ternyata dibagi dalam 2 fase, yaitu fase sebelum dan sesudah tahun 2003, berdasarkan respon pertama kali dari pemerintah Cina atas epidemi HIV yang ada. Logic model mampu memberikan perbandingan informasi mengenai aksi-aksi yang ada selama dua periode tersebut, menitikberatkan pada kepentingan kepemimpinan politik pada masa itu. Risiko penularan HIV di Cina dianggap tinggi karena besarnya jumlah penduduk, tingginya rata-rata migrasi internal, baik dari desa ke kota atau dari kota ke kota, adanya urbanisasi yang massive dan rendahnya pengetahuan mengenai penularan HIV. Dengan demikian, logic model yang diterapkan untuk mengembangkan promosi kesehatan untuk pecegahan HIV di Cina, dua goal utama yang ditetapkan adalah menurunkan epidemi infeksi HIV dan menyediakan akses pengobatan yang layak dan terjangkau bagi siapa saja yang terinfeki HIV. Kedua goal tersebut dapat tercapai bila ada pencegahan perilaku secara berkelanjutan dan reorientasi sistem kesehatan. Untuk itu, strategi yang ditetapkan adalah pendidikan dan komunikasi publik, community mobilization, kepemimpinan politik. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mempunyai pengetahuan yang akurat tentang HIV dan AIDS; masyarakat mempunyai kemampuan personal praktis; terciptanya lingkungan sosial dan ekonomi yang mendukung serta adanya kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Metode

Kajian pada semua intervensi HIV yang ada di Cina dengan fokus pada pencegahan dan perubahan perilaku, yang telah dipublikasi sejak tahun 2000.

Hasil

Respon awal secara resmi terjadi dalam kurun waktu tahun 1989-2003, dengan adanya kasus HIV yang pertama kali pada tahun 1989 dari kelompok penasun. Pada awalnya, pemerintah tidak mengumumkan pada publik mengenai epidemi HIV di Cina. Pengetahuan publik dan kemampuan teknis yang terbatas dan keterlibatan masyarakat dalam penangangan HIV mengakibatkan provinsi kesulitan untuk memobilisasi masyarakat dan untuk mengembangkan kebijakan publik yang mendukung. Salah satu determinan terpenting dari respon yang kurang efektif ini adalah kepekaan politis terhadap HIV dan konsekuensi atas lemahnya komitmen politik pada tingkat pusat dimana terkadang seperti mendukung provinsi dan lokal untuk menutupi kasus HIV. Kombinasi dari keduanya ini, yaitu rendahnya pengetahuan dan kurang kuatnya kemauan politik, sangat memungkinkan terjadi perkembangan epidemi HIV lintas provinsi di Cina.

Secara umum, era pra-2003 pemerintah daerah menunjukkan resistensi yang kuat terhadap epidemi HIV / AIDS di daerah administrasi mereka. Hanya sedikit LSM pada saat itu yang terlibat dalam penanggulangan epidemi HIV. Hanya ada beberapa individu yang bekerja pada sejumlah ‘hot spot’, tetapi upaya mereka sebagian besar masih diabaikan. Perkembangan yang signifikan di dalam pencegahan HIV terjadi di antara tahun 1997 dan 2002, dengan adanya program Health–IX (H9 or Ninth Health Project), yang didanai oleh World Bank. Ternyata intervensi H9 memiliki pengaruh yang positif dalam membangun kepercayaan di pemerintahan pusat. Hal ini mampu memobilisasi kerjasama antar pemerintah dan lintas sektor, yang pada akhirnya pemerintah Cina bersedia mengembangkan pedoman nasional penggunaan kondom di Cina.

Respon nasional pemerintah Cina terhadap epidemi HIV pasca-2003, mulai gencar dilakukan setelah adanya hasil kajian bersama pada tahun 2004 yang dilakukan oleh Komite Kerja Dewan Negara AIDS dan UN Theme Group. Hasil kajian ini menemukan bahwa terdapat kesenjangan dan pelaksanaan yang tidak merata atas respon AIDS di kementerian dan antar propinsi lokal. Tindak lanjut dari temuan itu, pemerintah Cina mengembangkan Peraturan Pencegahan dan Pengobatan AIDS pada tahun 2006 dan membentuk Rencana Aksi Cina untuk Pengurangan dan Pencegahan Penyebaran HIV / AIDS (2006-2010) di bawah Prinsip 'Three Ones'. Pada masa ini, strategi promosi kesehatan yang melibatkan IEC dan mobilisasi sumber daya di masyarakat beroperasi secara bersama-sama, LSM menjadi semakin terlihat dalam peningkatan kesadaran HIV / AIDS dan dalam memberikan layanan penjangkauan masyarakat bagi populasi berisiko tinggi. Kondom juga menjadi mudah tersedia dan didistribusikan secara terbuka melalui berbagai sumber termasuk dengan mesin penjual.

Selain intervensi H9, ada juga program CARES yang dipimpin oleh pemerintah nasional (2003-2008) untuk memperbaiki kesadaran HIV / AIDS dan dalam mempertahankan perubahan perilaku pada populasi umum. Dampak dari program CARES adalah terjadi peningkatan pengetahuan pencegahan HIV / AIDS yang signifikan di lokasi intervensi. Intervensi juga meningkatkan respon HIV / AIDS secara aktif di daerah yang miskin sumber daya di Cina dan berkontribusi dalam revisi dan pengembangan hukum dan peraturan nasional dan lokal. Meskipun demikian, dampak dari program ini masih sebatas moderat dalam hal mengubah norma masyarakat khususnya dalam menangani masalah yang terkait dengan stigma sosial dan diskriminasi.

Pembahasan

Dalam menganalisis kemajuan pencegahan HIV di Cina, konteks politik dan sosial sangat penting. Dengan mempergunakan logic model menawarkan sebuah patokan respon suatu negara yang mungkin diperbandingkan. Hal ini didasarkan pada pembentukan strategi promosi kesehatan yang dapat digunakan dalam kombinasi yang berbeda untuk merencanakan dan memberikan intervensi kesehatan masyarakat yang efektif dan berkelanjutan. Konsep-konsep dan strategi promosi kesehatan ini telah berhasil diterapkan dalam berbagai aspek sosial dan perilaku yang menentukan tantangan kesehatan dan memiliki relevansi yang jelas bagi pencegahan dan pengelolaan HIV / AIDS di banyak populasi yang berbeda.

Studi kasus ini bukan sebuah kajian sistematis tetapi sebagai upaya untuk menguji kelayakan dari logic model yang menggambarkan jalur yang mengarah ke pencegahan dan pengelolaan epidemi HIV / AIDS pada populasi yang besar dan kompleks seperti di Cina. Diakui bahwa intervensi-intervensi yang diulas dalam jurnal ini dapat menjadi bias subjek terkait dengan pemilihan risiko dan dampak heterogenitas. Model ini dimaksudkan juga untuk mengukur dampak dan hasil yang secara logis dapat ditelusuri dengan intervensi. Materi-materi yang dipergunakan dalam studi kasus ini memberikan beberapa bukti pengukuran yang sistematis dan pelaporan perubahan pengetahuan yang akan secara logis terkait dengan pendidikan publik, dan pada gilirannya terkait dengan perubahan perilaku yang dapat diamati.

Kesimpulan

Logic model merupakan model yang cukup operasional bagi para pembuat kebijakan dan praktisi kesehatan masyarakat yang terlibat dalam program intervensi HIV. Model ini dapat dipergunakan untuk menguji apa yang mungkin cocok dengan apa yang dapat dicapai dalam sebuah konteks tertentu untuk intervensi. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi komponen intervensi yang mungkin perlu perhatian secara khusus atau mungkin dihilangkan dari sebuah intervensi. Model ini juga dapat digunakan untuk memandu dalam menilai dampak dan hasil sehingga ekspektasi masyarakat, pembuat kebijakan dan penyandang dana, dapat dikelola. Di samping itu, model ini dapat menjadi pengingat bagi mereka bahwa untuk mencapai perubahan perilaku yang berkelanjutan membutuhkan waktu dan sangat kompleks. Logic model dapat digunakan untuk menggambarkan bagaimana investasi waktu dan sumber daya dalam mobilisasi masyarakat sangat penting dalam mencapai dampak yang keberlanjutan. 

 

Supported by

AusAID