Oleh: Satiti Retno Pudjiati

Ilustrasi | Benjamin Jones/felixonline.coKepatuhan atau aderen terhadap terapi antiretroviral ( ART ) adalah kunci keberhasilan pengobatan infeksi HIV, karena ART berkelanjutan mampu menekan HIV hingga tak terdeteksi, mengurangi risiko resistensi obat, meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup, meningkatkan kesehatan secara keseluruhanserta mengurangi risiko penularan HIV. Sebaliknya, ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan penyebab utama kegagalan terapi .

Mencapai kepatuhan terhadap ARTadalah penentu penting dari hasil jangka panjang pada pasien yang terinfeksi HIV.Untuk beberapa penyakit kronis, sepertidiabetes atau hipertensi , regimen obat tetap efektif meskipun pengobatan sempat dihentikan dan dilanjutkan kembali; namun dalam kasus infeksi HIV , ketidakpatuhan terhadap ART dapat menyebabkan kehilangan kontrol virologi, munculnya resistensi obat dan kehilangan pilihan pengobatan lanjutan dan memerlukan biaya yang tidak sedikit karena keterbatasan ARV lini kedua dan ketiga.

The U.S. Centers for Disease Control and Prevention memperkirakan bahwa hanya36 % dari orang yang hidup dengan HIV di Amerika Serikat mengakses ART dan di antara orang-orang ini,hanya 76 % yang berhasil mengalami penekanan jumlah virus. Di Indonesia, hingga September 2014, jumlah pasien HIV yang lost of follow up dari terapi ARV sebanyak 15.046 (17,91%) dari jumlah total pasien yang pernah menerima ARV sebanyak 84.030; dan dari jumlah total yang masih aderen tidak diketahui berapa yang berhasil mengalami penekanan jumlah virus karena pemeriksaan viral load jarang dilakukan karena keterbatasan sarana dan biaya.

Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan serta mengatur strategi untuk meningkatkan kepatuhan merupakan tantangan bagi semua anggota tim perawatan (tim CST). Data terbaru menggarisbawahi pentingnya konseptualisasi kepatuhan pengobatan secara luas termasuk awalketerlibatan dalam perawatan  berkelanjutan. Konsep “kaskade pengobatan HIV" telahdigunakan untuk menggambarkan proses tes HIV, linkage to care, inisiasi ART yang efektif, kepatuhan terhadappengobatan, dan retensi dalam perawatan.Dengan demikian, untuk mencapai hasil klinis yang optimal dan untuk mewujudkankesehatan masyarakat dengan pengobatan sebagai pencegahan, sangat penting memperhatikan setiap langkah dalam kaskade pengobatan. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan penyedia layanan dan keterlibatannya untuk mempertahankan pasien dalam perawatan dan membantu mereka mencapai tingkat kepatuhan pengobatan.

Aderen terhadap ART dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk kondisi sosial pasien, kondisi klinis, jenis obat yang dikonsumsi, dan hubungan pasien dengan penyedia layanan. Sebelum dimulainya terapi ARV, setiap pasien diharapkan  menerima dan mengetahui informasi tentang penyakit HIV termasuk tujuan terapi (menekan jumlah virus, menurunkan morbiditas dan mortalitas, mencegah penularan HIV melalui kontak seks), jenis obat yg diberikan (termasuk dosis dan efek sampingnya), pentingnya patuh minum obat, serta risiko resistensi obat jika tidak patuh; tetapi informasi saja tidak cukup untuk menjamin tingginya tingkat aderen. Pasien juga harus memiliki motivasi positif untuk memulai dan mempertahankan terapi.

Dari perspektif pasien, ketidakpatuhan kadang diakibatkan karena salah satu atau lebih dari beberapa barier psikososial, seperti depresi dan gangguan mental, gangguan neurokognitif, rendahnya pengetahuan tentang kesehatan, rendahnya support social, hidup penuh stres, konsumsi alkohol berlebihan, pengguna napsa aktif, tunawisma, kemiskinan, menjaga rahasia status HIV, penolakan, stigma. Selain itu, umur pasien juga mempengaruhi aderen. khususnya, beberapa remaja danpasien HIV dewasa muda merupakan kelompok yang  memiliki tantangan yang cukup besar dalam mencapai tingkat kepatuhan. Di samping itu , kegagalanuntuk mengadopsi praktek-praktek yang memfasilitasi kepatuhan, seperti kegiatan ambil obat untuk sehari-hari atau menggunakansistem pengingat obat atau organizer pil, juga terkait dengan kegagalan pengobatan.

Karakteristik satu atau beberapa obat juga mempengaruhi aderen. Contoh sederhana, regimen dosis tunggal, penggunaan tanpa dipengaruhi makanan, dan efek samping yg rendah, juga mempengaruhi tingkat aderen. Beberapa regimen ARV baru cukup mudah dan dapat ditoleransi dibanding regimen lama. Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mengkonsumsi obat dosis sekali sehari memiliki tingkat aderen yg  lebih tinggi dibanding dosis dua kali sehari. Tetapi, data yang mendukung superioritas produk fixed-dose combination 1-tablet dibanding 3-tablet, dosis sekali sehari  masih sangat sedikit.

Seting klinik juga berperan penting dalam keberhasilan atau kegagalan aderen pengobatan. Seting dalam bentuk perawatan multidisiplin komprehensif (seperti manajer kasus, apoteker, pekerja sosial, psikiater, dokter) akan meningkatkan keberhasilan dalam mensuport kebutuhan pasien.yg sangat komplek, termasuk kebutuhan untuk kepatuhan berobat.

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah, hubungan pasien dan penyedia layanan yang baik dengan meningkatkan kepercayaan pasien melalui cara-cara yang tidak menghakimi dan mendukungperawatan dan penggunaan strategi motivasi positif dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan.

Daftar Pustaka

  • Bayoumi AM, Barnett PG, Joyce VR,.Griffin SC, Sun H, Bansback SJ, Holodniy M, Sanders G, Brown ST, Kyriakides TC, Angus B, Cameron DW, Anis AH, Sculpher M, Owens DK.2013. Cost-effectiveness of newer antiretroviral drugs in treatment-experiencedpatients with multidrug-resistant HIV disease. J Acquir Immune Defic Syndr. 64(4):382-391.

  • Freedberg KA,  Losina E, Weinstein MC, Paltiel D, Cohen CJ, Seage GR, Craven DE, Zhang H, Kimmel AD,  Goldie SJ. 2001. The cost effectiveness of combination antiretroviral therapy for HIV disease. N Engl J Med, Vol. 344, No. 11.

  • Hanna DB, Hessol NA, Golub ET, Cocohoba JM, Cohen MH, Levine AM, Wilson TE, Young M, Anastos K, Kaplan RC. 2014. Increase in Single-Tablet Regimen Use and Associated Improvements in Adherence-Related Outcomes in Hiv-Infected Women. J  Acquir Immune Defic Syndr. 65(5): 587–596.

  • Kementerian Kesehatan RI. 2014. Infodatin: Situasi dan analisis HIV-AIDS. Jakarta.

  • Nachega JB, Parienti JJ, Uthman OA, Gross R, Dowdy DW, Sax PE, Gallant JE, Mugavero MJ, Mills EJ, Giordano TP. 2014. Lower Pill Burden and Once-daily Dosing Antiretroviral Treatment Regimens for HIV Infection: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. Clin Infect Dis. 58(9):1297–1307.

Penelitian

Knowledge Hub

knowledgehub

knowledgehub

knowledgehub

Informasi

sejarahaids sistemkesehatan kebijakankesehatan kebijakanaids

Didukung oleh

AusAID