Paul K Nelson, Bradley M Mathers, Benjamin Cowie, Holly Hagan, Don Des Jarlais, Danielle Horyniak, Louisa Degenhardt
Pengantar: Artikel ini merupakan hasil dari sebuah kajian sistematik sejumlah data dan laporan, baik yang dipublikasi maupun yang tidak (grey literature[1]) mengenai Penyakit Hepatitis B dan C pada penasun di beberapa negara.
Metodologi: Kajian dilakukan dengan beberapa tahapan, mulai dari pencarian dokumen, konsultasi tingkat internasional dan melakukan kajian kritis dengan para pakar HIV pada penasun.
Hasil: Review dilakukan pada 1125 dokumen yang terdiri dari peer-reviewed dan grey literature, dengan kriteria eligibilitas jika di dokumen tersebut menyebutkan jumlah atau prevalensi penyakit hepatitis pada penasun, baik di level nasional maupun sub nasional. Sebanyak 18 dari 127 (14%) sumber data dipergunakan untuk mengeneralisasi estimasi pada tingkatan regional dan berasal dari grey literature (dokumen yang tidak dipublikasikan).
Data prevalensi penasun dan HIV diperoleh dari kajian sistematik yang telah dilakukan sebelumnya dan telah dipublikasikan oleh Reference Group dari UN. Prevalensi penasun yang dipergunakan diasumsikan sama dengan data pada tahun 2010 dengan kisaran umur 15-64 tahun. Laporan yang eligible tentang HCV pada penasun berasal dari 77 negara, dari 152 negara atau wilayah yang dilaporkan terdapat populasi penasun. Dari hasil kajian, ditemukan bahwa ternyata negara-negara yang memiliki estimasi populasi penasun terbesar adalah China (67,0%), Rusia (72,5%) dan US (73,4%). Setelah dilakukan ekstrapolasi data, ternyata sekitar 10 juta penasun pada tahun 2010 merupakan HCV positif. Jumlah ini kurang lebih 3,5 kali lebih besar daripada 2,8 juta yang diestimasi penasun dengan HIV. Populasi terbesar penasun yang HCV positif berada di wilayah Eropa bagian Timur (2,3 juta) dan Asia bagian Timur dan Tenggara (2,6 juta). Tiga negara dengan populasi penasun HCV positif terbesar adalah China (1,6 juta), Rusia (1,3 juta) dan US (1,5 juta). Sedangkan estimasi secara global penderita HBV pada tahun 2010, sekitar 1,2 juta penasun merupakan HBV positif. Populasi terbesar berada di wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara dan Eropa bagian Timur. Angka estimasi populasi yang dilaporkan tersebut merujuk pada jumlah estimasi penasun yang masih aktif dan terinfeksi hepatitis.
Diskusi: Estimasi beban penyakit hepatitis kronis pada penasun aktif merupakah hal yang esensial dilakukan untuk mengkaji kecenderungan risiko penularan serta efeknya dalam pelaksanaan strategi penanggulangan, serta implikasi bagi beban penyakit di masa mendatang dan kebutuhan akan layanan kesehatan. Banyak penasun yang terinfeksi HCV mengalami kesakitan yang berat dan hal ini berpengaruh pada biaya kesehatan dan ekonomi yang tinggi, mungkin setinggi atau lebih tinggi akibat dari HIV. Meskipun demikian, pengobatan HCV seringkali diabaikan. Alasannya adalah karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan. Hal ini tentu saja akan menyisakan tantangan dalam kaitannya dengan peningkatan cakupan pengobatan pada daerah dengan sumber daya yang rendah. Telah ada perhatian terhadap isu ini dari kelompok internasional dan mereka berusaha melakukan advokasi untuk pengurangan biaya, pabrik obat generik, dan perubahan untuk kondisi perijinan. Upaya ini diharapkan dapat berhasil seperti halnya dulu pernah dilakukan untuk pengobatan antiretroviral HIV. Meskipun demikian, hambatan lainnya adalah efek samping dari pengobatan HCV. Saat ini banyak obat HCV yang baru dikembangkan dan diharapkan nanti akan mengubah pengobatan HCV di masa mendatang. Vaksinasi HBV harus diprioritaskan untuk semua penasun yang rentan, khususnya mereka yang telah terinfeksi HCV. Meskipun seleksi dalam program vaksinasi HBV pada kelompok ini seringkali mengalami kesulitan dalam penjangkauannya. Respon di bidang kesehatan masyarakat terhadap penularan virus melalui blood-borne[2] pada penasun sebagian besar berfokus pada HIV. Penguatan respon HIV pada penasun merupakan hal krusial yang perlu dilakukan, namun penyakit hepatitis juga perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar lagi daripada yang sekarang ini. Investasi dan pengembangan strategi yang komprehensif dan efektif untuk mencegah penularan penyakit hepatitis dan mengurangi akibat kesakitan dan kematian pada penasun sangat penting untuk dilakukan. Resolusi penyakit hepatitis pada World Health Assembly ke 63, meminta Direktur Jenderal WHO berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan yang terkait untuk mendukung upaya surveilance, pencegahan dan pengobatan, khususnya di negara-negara berkembang. Kebijakan dan strategi untuk penyakit hepatitis perlu untuk memasukkan penasun, yang merupakan populasi berisiko tinggi dan seringkali mempunyai akses yang lebih buruk ke layanan daripada populasi umum.
-
Global Epidemiology of Hepatitis B and Hepatitis C in People Who Inject Drugs: Results of Systematic Reviews
Created: Selasa, 04 Agustus 2015 10:16 | Size: 821.77 KB | Downloads: 673