PKMK FK UGM bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan sebagai Principal Recipient GF ATM Komponen AIDS telah melakuan sebuah penelitian operasional terhadap implementasi LKB di Kota Yogyakarta dan Kota Semarang pada fasilitas kesehatan primer, fasilitas layanan kesehatan sekunder, KPA dan LSM/KDS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai faktor yang menghambat efektivitas pelaksanaan strategi LKB pada dasarnya terkait dengan konsep pelibatan (engagement) dan kepemilikan (ownership) dari pemangku kepentingan lokal terhadap inisiatif yang dilakukan oleh pusat (Kementerian Kesehatan). Olh karenanya intervensi yang dilakukan untuk permasalahan keterlibatan dan kepemilikan terhadap penerapan strategi LKB di kedua kota adalah dengan (1) mengaktifkan mekanisme koordinasi kurang berjalan selama ini sebagai media untuk ‘mengungkit’ pelibatan dan kepemilikan yang lebih besar terhadap penerapan LKB ini. (2) melakukan pelatihan tehnis bagi SDM dalam LKB sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan keterlibatan dan tanggung jawab dari staf layanan.
Waria menghadapi persoalan dilematis secara normatif maupun medis di Indonesia. Pemerintah hanya mengakui dua gender yakni laki-laki dan perempuan dan menempatkan kelompok transgender sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial (PKMS)[1] oleh Kementrian Sosial. Bagaimana secara historis perkembangan identitas waria di Indonesia dikonstruksikan oleh masyarakat dan penguasa dikaji dalam diskusi kultural yang diselenggarakan oleh PKMK FK UGM pada 29 Mei 2015 bersama dengan anthropolog dari Australian National University (ANU), Bejamin Hegarty yang sedang meneliti masuknya waria (transgender) di Indonesia pada tahun 1970an hingga kekinian.
Oleh : Muhammad Suharni dan Ari Budianto
Kelemahan aktifis dan penggiat AIDS adalah ketika harus merumuskan gagasan dan ide secara sistematis dan runtut dalam bahasa tulisan. Menyosong Pernas AIDS 2015 di Makassar PKMK UGM bersama KPAP Yogyakarta berinisiatif menyelenggarakan coaching clinic untuk sekitar 16 para pegiat AIDS di sekitar Yogyakarta yang berminat mengirimkan abstrak untuk presentasi di Forum diskusi Panel Pernas pada tanggal 30 April 2015 di Pendopo Java Tea House. Tujuan dari coaching clinic ini adalah untuk memberikan pemahaman dasar-dasar tentang pengertian, syarat, dan strategi penulisan abstrak yang menarik perhatian pembaca.
Oleh: M.Suharni
Integrasi HIV/AIDS dan Tuberculosis (TB) masih menjadi tantangan besar di Indonesia. TB adalah salah satu penyakit penyerta yang banyak terdapat pada penderita HIV positif, sehingga upaya pengintegrasian penanggulangan kedua penyakit ini mendesak dilakukan[1] . Respon pemerintah terhadap HIV dan AIDS telah dimulai sejak tahun 1987 namun tren epideminya terus meningkat dengan pola penularan yang dinamis melalui heterosexual, jarum suntik dan homoseksual. Demikian juga dengan TB, berbagai upaya telah dilakukan mulai dari program pemberantasan TB paru dengan strategi DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy) yang direkomendasikan WHO kemudian mengalami perubahan menjadi Program Penanggulangan TB.
Oleh : Hersumpana, Ig.
Pendidikan Tinggi Kesehatan (sekolah Tinggi, Universitas, Akademi) setidaknya mememiliki tiga peran yang strategis sebagai lembaga publik, 1) melakukan penelitian untuk menyusun kebijakan, 2) mendidik dan meningkatkan kapasitas mahasiswa (tenaga kesehatan) dan 3) melakukan pendidikan dan pengembangan komunitas dalam penanggulanganan AIDS. Bagaimana Persepsi Sekolah Tinggi Kesehatan sendiri terhadap peran tersebut, apakah mereka sekolah-sekolah Tinggi kesehatan di sekitar Yogyakarta sudah memiliki kurikulum atau model untuk pendidikan AIDS? Diskusi kultural yang diselenggarakan oleh PKMK FK UGM pada 27 Pebruari 2015 secara khusus mengundang para pengelola sekolah tinggi kesehatan di sekitar Yogyakarta, yakni Stikes Aisyiah, Stikes Bethesda, Akademi Kesehatan Karya Husada, Akademi kebidanan Ahmad Dahlan, Akademi Keperawatan Karya Bakti Husada, dan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, serta LSM Kebaya mendiskusikan dan mengkaji persepsi peran pendidikan tinggi kesehatan dalam penanggulangan AIDS.
© 2022 Kebijakan AIDS Indonesia