Daily Times, 23 October 2014

Men and women are vulnerable in different ways, leading to differential rates of susceptibility to infection, access to information and available services for prevention and management of illnesses specific to women, girls and transgender individuals

Global literature and research shows that the relationship between violence against women and HIV risk is undeniable, complex and involves multiple pathways. Violence against women places women at an increased risk of HIV both through direct risk of infection and through creating an environment in which women are unable to adequately protect themselves from HIV. Yet even in settings with a high prevalence of HIV, the low risk of HIV transmission from a single sexual act, even with accompanying injury, makes it unlikely that rape outside the context of an intimate partnership results in a substantial population-level proportion of HIV cases. While providing HIV post-exposure prophylaxis (PEP) for rape survivors is, without question, an important human rights issue, from a population perspective, the primary burden of HIV risk from violence against and gender inequality arises through longer-acting indirect risk pathways. The first of these involves chronically abusive relationships where women are repeatedly exposed to the same perpetrator.

Fajar Online, 23 Oktober 2014

Penulis : zukFAJARONLINE – Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Sulsel mencatat, sebanyak 36 penderita tuberclosis (TB) merupakan penderita HIV/AIDS. Rincian data kasus TB komplikasi HIV di Sulsel pada Januari-Agustus 2014 sudah mencapai 25 orang. Angka itu didapatkan dari orang HIV/AIDS (ODHA) 1.365 yang dites. Sementara khusus Makassar, dari 779 ODHA yang dites ditemukan 11 pasien TB-HIV.

Merdeka.Com, 23 Oktober 2014

HIV. ©2012 Merdeka.comMerdeka.com - Beberapa bulan terakhir praktik Voluntery Conceling and Testing (VCT) RSUD Karangasem kebanjiran pasien yang ingin memeriksakan dirinya. Hal ini terjadi setelah beredar kabar ada dua gadis manis yang menyebarkan virus HIV. Akibat beredarnya isu tersebut, akhirnya terjadi lonjakan pasien yang signifikan.

Data konseling bulan Oktober merupakan data kunjungan tertinggi per-bulan di tahun 2014 ini. Januari VCT dikunjungi 34 pasien, Februari 43 pasien, Maret 27 pasien, April 38 pasien, Mei 35 pasien, Juni 35 pasien, Juli 45 pasien, Agustus 31 pasien, September 40 pasien dan Oktober sudah mencapai ratusan pasien. Dari ratusan pasien tersebut, 39 di antaranya positif terinfeksi virus HIV/AIDS.

Tribun Network, 23 Oktober 2014

HIV AIDS logoTRIBUNNEWS.COM.GARUT, - Garut kota mendominasi sebagai sebagai kecamatan dengan jumlah penderita HIV/AIDS terbesar di Kabupaten Garut. Terhitung pada September 2014, dari 393 penderita HIV/AIDS di Kabupaten Garut, 139 di antaranya tinggal di Kecamatan Garutkota.

Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Garut, posisi kedua dan ketiga kecamatan dengan penderita HIV/AIDS adalah Tarogongkidul dengan jumlah penderita 81 orang dan Tarogongkaler dengan jumlah 40 penderita.

Selain tiga kecamatan tersebut, kecamatan lain yang telah teridentifikasi ditinggali penderita HIV/AIDS di Kabupaten Garut, di antaranya Kecamatan Karangpawitan, Kadungora, Cilawu, Bayongbong, Cibatu, Leles, Wanaraja, dan Cikajang.

Berita Satu, 23 Oktober 2014

Presiden Komisaris Tahir Fondation Dato Sri Dr. Tahir saat mengunjungi rumah sakit Persahabatan di Jakarta, Rabu (22/10). (sumber: Suara Pembaruan/Ruht Semiono)Jakarta - Delegasi Global Fund, yang didukung oleh Bill & Melinda Gates Foundation, Tahir Foundation dan Dana Kesehatan Indonesia (Indonesia Health Fund) meninjau proyek pendanaan mereka di Indonesia. Salah satunya adalah meninjau penanganan penyakit Tuberkulosis (TB/TBC) di puskesmas dan rumah sakit di Jakarta, Rabu (22/10).

Rombongan yang dipimpin Chairman Mayapada Group dan Tahir Foundation Dato Sri, Prof Dr Tahir mengawali kunjungannya ke puskesmas Jatinegara, Jakarta Timur. Puskesmas yang membawahi 11 puskesmas di Kelurahan Kramat Jati dan penerima bantuan Global Fund ini memiliki keunggulan penanganan HIV/AIDS secara terintegrasi.

Supported by

AusAID