Tempo.Co, 4 Juli 2014
TEMPO.CO, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak lebih dari 30 negara, termasuk negara-negara maju, untuk mengenali bahaya lanjutan dari penyakit tuberkulosis dan diminta bersama memberantasnya pada 2050. (Baca: Jagalah Jarak Dengan Penderita TBC)
Meskipun tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang bisa dicegah dan disembuhkan, WHO merilis masih ada 155 ribu orang terinfeksi setiap tahunnya di 33 negara berkembang. Sebanyak 10 ribu orang di antaranya meninggal dunia.
Tribun News, 4 Juli 2014
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Puskesmas Sempaja, Samarinda Utara menyediakan Layanan Jarum dan Alat Suntik Steril (LJSS) bagi pengguna alat suntik (Penasun).
Hal ini dilakukan demi mengurangi penularanan HIV/AIDS melalui jarum suntik narkoba yang digunakan bergantian. Dengan demikian, ini adalah LJSS kedua setelah sebelumnya juga ada di puskesmas Sidomulyo, Samarinda Ilir.
Harian Terbit, 4 Juli 2014
Jakarta, HanTer - Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) memperkirakan sebanyak 4,3 juta ibu rumah tangga di Indonesia rentan tertular HIV/AIDS.
"Jumlah perkiraan itu muncul dari angka estimasi lelaki pembeli seks yang jumlahnya mencapai 6,7 juta orang," kata Koordinator Pembina Wilayah Program KPAN, Yufrizal Putra, kemarin.
Ia mengatakan, para ibu rumah tangga tersebut tertular HIV/ AIDS dari para suami mereka yang menjadi pembeli atau pelanggan seks.
Data penularan HIV/AIDS terhadap ibu rumah tangga, tambahnya, cenderung meningkat dan jumlahnya lebih tinggi dibanding penderita HIV/AIDS dari kalangan wanita penjaja seks.
Nathan J Lachowsky[1],[2],[3]*, Peter JW Saxton[4], Nigel P Dickson4, Anthony J Hughes[5], Alastair JS Summerlee[6] and Cate E Dewey1,2
Understanding HIV testing behaviour is vital to developing evidence-based policy and programming that supports optimal HIV care, support, and prevention. This has not been investigated among younger gay, bisexual, and other men who have sex with men (YMSM, aged 16-29) in New Zealand.
National HIV sociobehavioural surveillance data from 2006, 2008, and 2011 was pooled to determine the prevalence of recent HIV testing (in the last 12 months) among YMSM. Factors associated with recent testing were determined using manual backward stepwise multivariate logistic regression.
Oleh: Muhammad Suharni
Trend prevalensi HIV dikalangan LSL terus miningkat, data Survei Terpadu Biologi dan Prilaku (STBP) tahun 2007 (5, 3 %), 2009 (7,0%), 2009 (12,4%) dan 2013 (12,8 %)[1]. Selain LSL, kelompok yang prepavensinya meningkat adalah Pengguna Napza Suntik. Sedangkan kelompok resiko tinggi lainnya menunjukkan prevalensi HIV menurun. Jika dilihat prevalensi HIV pada LSL berdasarkan kota maka peningkatan tertinggi terjadi pada LSL Yogyakarta dari 7 % tahun 2009 meningkat menjadi 20,3 %. Dari empat kota yang dijadikan wilayah STBP maka penurunan hanya terjadi pada kota Makassar dari 3,O % menurun menjadi 1,6 %. Dilihat dari pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS di kelompok LSL menunjukkan peningkatan, hasil STBP 2013 (41 %) jika dibanding hasil STBP 2009 (24%). Hal yang menarik lainnya adalah perilaku pencegahan dan risiko pada LSL. Pemakian kondom dikalangan LSL meningkat pada saat melakukan hubungan seks komersial terakhir dari 54 % tahun 2009 menjadi 74 % tahun 2013, sedang peningkatan tertinggi ada pada Waria. Konsistensi penggunaan kondom dikalangan LSL menunjukan persentase tertinggi pada LSL (46 %) tahun 2013 dan 31 % tahun 2009.
© 2025 Kebijakan AIDS Indonesia