Senin, 05/01/2015

IlustrasiBisnis.com, JAKARTA—Banyak orang beranggapan salah mengenai penyebaran HIV pada manusia. Di mana HIV menyebar melalui cairan tubuh a.l. darah, cairan kelamin dan ASI, tetapi yang perlu digarisbawahi adalah tidak semua cairan dapat membawa HIV. 

Berikut 5 anggapan salah mengenai penyebaran HIV:

Keringat Dan Liur 
Menempelnya keringat pengidap HIV positiv pada orang sehat tidak akan menularkan virus tersebut. Karena HIV tidak terdapat pada keringat, tetapi melalui darah, cairan kelamin dan ASI.
Begitu juga dengan saliva atau liur, cairan ini tidak akan menularkan HIV. Jadi masyarakat tidak perlu takut jika dengan tidak sengaja bersentuhan dengan pengidap HIV.

SENIN, 05 JANUARI 2015

Ilustrasi minum teh hijau. TEMPO/Charisma AdristyTEMPO.CO,Jakarta - Dua pengajar Universitas Airlangga, Prof Dr Djoko Purwanto Apt MSi dan Dr Retno Pudji Rahayu, drg, MKes, bekerja sama meneliti teh hijau. Bedanya,sementara Djoko meneliti efek teh hijau pada pencegahan dan pengobatan kanker, Retno meneliti dampaknya pada pengobatan AIDS/HIV. Pada literatur di dunia penelitian, selain anti kanker, EGCG juga memiliki kemampuan antifungi dan antivirus.

Retno menjelaskan, di dalam HIV terdapat beberapa komponen reseptor glikoprotein (GP). "Nah saya baru mencoba penelitian terhadap GP 120 dan GP 41 yang ada pada permukaan membran virus (envelope)," katanya pekan lalu.

Teh, kata Retno, diekstraksi menjadi dua bentuk. Pertama, hanya diambil EGCG-nya. Sedangkan kedua, tetap dalam bentuk ekstrak. Hasil ekstraksi ini lalu diujicobakan pada kultur HIV. Hasilnya, ekstrak teh hijau mampu menghilangkan virus yang terdapat dalam kultur, sehingga sel virusnya tidak bisa masuk. "Berarti dia bisa menghambat ikatan protein atau, singkatnya, menghilangkan HIV ini," katanya.

Selain menguji coba ekstrak teh dengan kultur HIV, ia juga menguji cobanya pada sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (CD4). Hasilnya pun serupa. Ekstrak teh ini mampu mempengaruhi komponen-komponen dalam virus. Golongan katekin (EGCG), kata Retno, mudah bereaksi dengan protein. "Karena GP 120 diikat, virusnya enggak bisa masuk," ucapnya.

Karena virus memiliki banyak komponen, dia mengaku memiliki banyak pekerjaan rumah agar hasil penelitiannya optimal. "Kami akan coba ke komponen virus selain GP 120 dan GP 41. Saya ingin meneruskan ini ke komponen yang lain dalam teh hijau, yaitu theaflavin."

ARTIKA RACHMI FARMITA

Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2015/01/05/060632917/Teh-Hijau-Lokal-Juga-Bisa-Mencegah-HIV

"This study shows that if a vaccine induces high levels of activated CD4+ T cells in mucosal tissues, any potential protective effect of the vaccine may be hampered," senior author Guido Silvestri explains.Several clinical trials have shown that HIV vaccines can "backfire" and lead to increased rates of infection. Now, a new study published in the Proceedings of the National Academy of Sciences suggests an explanation for this backfire effect.

Senior author of the new study, Guido Silvestri, chief of microbiology and immunology at Yerkes National Primate Research Center at Emory University in Atlanta, GA, says:

"One of the reasons why it has been so difficult to make an AIDS vaccine is that the virus infects the very cells of the immune system that any vaccine is supposed to induce."

Research into developing vaccines for HIV/AIDS has largely focused on stimulating antiviral T cells.

January 5, 2015
By David Fawcett, Ph.D., L.C.S.W.
From TheBody.com

The U.S. Food and Drug Administration (FDA) recently revised its decades-old policy on a lifetime prohibition of gay men donating blood. This ban, rooted in the early days of the HIV epidemic when transmission was poorly understood and (full-blown crazy) levels of stigma and discrimination abounded, has long needed to change. For me, the revised guidelines represent minimal progress because they exclude any gay man who has had sex with another man in the last year.

The 12-month waiting period in the revised guidelines puts U.S. HIV policies on a par with those of other developed countries and has been heralded as a major victory for gay rights. Analysts note that there is also a year-long waiting period for heterosexuals who have sex with prostitutes or with people who inject drugs. While these restrictions limit a small number of men who have sex with women, they virtually eliminate the vast majority of men who have sex with men (MSM).

Oleh : M.Suharni

Ilustrasi | david-campbell.orgUNAIDS menetapkan tema hari AIDS Sedunia tahun 2014 adalah Close The Gap (Meretas Kesenjangan).  Close The Gap  merupakan jalan menuju optimisme terwujudnya akhir dari AIDS pada 2030, seperri disuarakan dalam  pertemuan AIDS di Melbourne 2014. Hal ini bisa  tercapai dengan cara meretas kesenjangan  atas  kebutuhan   akses  orang yang membutuhkan layanan dan meretas kesenjangan kebutuhan  orang-orang yang terabaikan terhadap  layanan   Pencegahan HIV, Pengobatan,    Dukungan dan Perawatan maupun mitigasi dampak. Harapan ini  dapat tercapai  jika melihat data yang menunjukkan bahwa secara global kecenderungan mengalami penurunan yakni; infeksi baru HIV menurun, kematian terkait AIDS juga menurun. Penurunan infeksi baru HIV tahun 2013  mencapai 38 % dibanding tahun 2011. Data  menunjukkan trend  infeksi baru HIV menurun hingga 75 %  terdapat di 10 negara, dan 50 % di 27 negara[1].

Supported by

AusAID