Liputan6 | 18 Januari 2015
Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang menyangka jika dua artis cantik Marsha Timothy dan Acha Septriasa ternyata mengidap HIV positif? Tapi tentu saja kisah tersebut bukan kejadian sebenarnya, melainkan peran mereka dalam film terbaru berjudul "Nada untuk Asa".
Seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Minggu (18/1/2015), film yang disutradarai Charles Gozali ini dibuat untuk menyalurkan semangat dan mengajak penonton agar berani menjalankan hidup.
HarapanRakyat | 17 Januari 2015
LSM Wisma (Wadah Aspirasi dan Partisipasi Masyarakat), lembaga yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS, menemukan fakta mengejutkan saat melakukan pendataan terhadap komunitas yang potensial menjadi mata rantai penularan HIV/AIDS di Kabupaten Ciamis.
Dari hasil pendataan itu, diketahui terdapat 1440 responden berjenis kelamin laki-laki di Kabupaten Ciamis yang memiliki orientasi seksual menyimpang atau homoseksual (Lelaki Suka Lelaki).
Antara | Sabtu, 17 Januari 2015
Jayapura, Papua (ANTARA News) - At least 40 people were found to have been infected by HIV in the city of Jayapura, the capital of Papua until November in 2014.
Head of the Reproduction Health Center of Jayapura Toma Heppy said here on Saturday the HIV carriers are treated only as outpatients with regular control.
"But AIDs carriers have to be sent to the Abepura state hospital for more intensive treatment," Toma said.
Fitri Rachmawati | Kamis, 15/01/2015
Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Kesehatan mengatakan selain pemakaian narkoba dan seks bebas, ada tiga hal yang perlu diwaspadai agar terhindar dari penularan HIV. Hal tersebut umumnya sudah banyak diketahui masyarakat tapi tidak banyak orang yang merasa harus melakukannya.
Transfusi Darah
Waspadai transfusi darah yang tidak steril, pastikan bahwa saat mendonorkan darah ataupun berada dalam kondisi memerlukan tranfusi darah tersebut bersih dan steril dari berbagai virus terutama HIV.
Laporan Eko Priyono,Surabaya
Tidak banyak kaum muda Surabaya seperti lima sekawan ini. Tanpa banyak umbar omongan, malam-malam mereka mencari pekerja seks komersial (PSK). Dijadikan teman, lalu diajak hidup yang lebih sehat dan lebih baik.
PAGI masih sangat buta. Jarum jam menunjukkan pukul 00.20 Rabu (14/1) ketika lima orang keluar dari rumah di sebuah gang buntu kawasan Asemrowo. Dengan berboncengan sepeda motor, mereka beranjak dengan kecepatan rendah tanpa mantel meski hujan turun rintik-rintik.
Di tengah jalan, kelimanya berpencar. Ada yang ke selatan, timur, ada juga yang ke utara. Mereka merambah sisi gelap Surabaya saat sebagian besar penduduk kota sedang terlelap tidur. Tujuannya satu. Berbincang dengan PSK yang sedang menanti tamu datang.
© 2025 Kebijakan AIDS Indonesia