Pelajar Korea Selatan membentuk pita peduli AIDS di Cheonggyecheon pada 2013. Foto: IbitimesBy Fitri Syarifah | on Jan 28, 2015

Liputan6.com, Jakarta Kasus HIV/AIDS di Papua memang masih tinggi dan memprihatinkan. Selain edukasi yang lemah, ternyata ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingginya angka penderita HIV/AIDS seperti banyaknya Pekerja Seks Komersial (PSK) asal daerah lain yang berdomisili di Papua.

Begitu disampaikan Executive Director Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA) Ramdani Sirait saat diwawancarai Liputan6.com di bilangan Kuningan, Jakarta, Rabu (28/1/2015).

Marsha Timothy | Koran SindoThomasmanggalla | Rabu,  28 Januari 2015

Koran SINDO - Marsha Timothy kembali aktif di dunia seni peran. Kali ini dia tampil di film Nada untuk Asa. Dia berperan sebagai Nada, seorang ibu yang terjangkit virus HIV. Penampilannya memang berbeda.

Dia berharap film drama ini memberi inspirasi kepada penonton. “Nada dalam film ini digambarkan sebagai perempuan sangat kuat dan mampu mengatasi masalah hidup. Saya harap film ini bisa menginspirasi banyak orang mengenai perjuangan seorang ibu,” kata Marsha pada gala premier film Nada untuk Asa di XXI Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta, Senin (26/1). 

Ilustrasi waria | NetSelasa, 27 Januari 2015

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,CIAMIS - Perilaku seks menyimpang di Ciamis sudah memasuki taraf yang mengkhawatirkan. Dari pendataan yang dilakukan LSM Wisma (LSM peduli HIV/AIDS) Saat ini di Ciamis tercatat setidaknya ada 1.440 orang laki-laki suka laki-laki (LSL) alias gay.

Hal tersebut diungkapkan Direktur LSM Wisma Deni Wahyu Jayadi pada kegiatan sosialisasi penanggulangan HIV/AIDs di GOR Pelita Cigembor yang dihadiri berbagai kalangan masyarakat Kelurahan Cigembor, Selasa (27/1/2015) siang.

Penderita hemofilia sering kali membutuhkan transfusi darah. (Ilustrasi: dok. Okezone)Afriani Susanti | Rabu, 28 Januari 2015

JAKARTA – Seorang mahasiswa China Institute of Industrial Relations dipecat dari kampus karena menderita penyakit kelainan darah. Mahasiswa dengan nama samaran Zheng Qing ini mengidap hemofilia.

Seperti dikutip dari Asia One, Rabu (28/1/2015), Zheng dipaksa keluar oleh pihak kampus pada September 2014. Mahasiswa 21 tahun jurusan jurnalistik ini juga dibebaskan dari wajib militer karena penyakitnya tersebut. Hemofilia adalah kondisi yang menyebabkan darah penderitanya tidak bisa menggumpal. Penderita penyakit ini kerap membutuhkan transfusi darah.

BY THIN LEI WIN | Wed Jan 28, 2015 8:02am EST

BANGKOK (Thomson Reuters Foundation) - The Asia-Pacific region will not meet the goal of ending the HIV epidemic in 15 years unless it changes laws and attitudes hostile to people living with HIV, the head of the United Nations agency on AIDS said on Wednesday. 

Governments need to spend more on programs targeting key groups, improve access to lifesaving drugs and overhaul punitive laws that stop people seeking help, Michel Sidibé, executive director of UNAIDS, told the Thomson Reuters Foundation. 

"I'm fully convinced that if you don't address these issues ... it's impossible to end HIV/AIDS," said Sidibé, speaking on the opening day of an Asia Pacific inter-governmental meeting on HIV and AIDS in Bangkok. 

Supported by

AusAID