NCBI LogoTujuan

Obat antiretroviral yang lebih baru memberikan manfaat besar tetapi harganya cukup mahal. Kami melakukan penelitian untuk efektivitas biaya dengan menggunakan kombinasi obat antiretroviral untuk pasien dengan HIV yang resistan terhadap obat.

Desain

Kami melakukan sebuah model kohort kondisi-transisi yang mewakili pengobatan pada pasien dengan CD4 rendah, viral load (jumlah virus) yang tinggi, dan resisten terhadap obat. Kami memperkirakan efektivitas obat baru (yang disetujui pada tahun 2005 atau sebelumnya) dari uji acak yang pernah dipublikasikan. Selain itu, kami juga memperkirakan parameter lainnya dari uji acak dan dari literatur. Model memiliki waktu seumur hidup dan menggunakan perspektif perusahaan asuransi yang ideal di Amerika Serikat. Intervensi merupakan kombinasi ART, yang terdiri dari dua obat yang lebih baru dan satu obat konvensional, dibandingkan dengan tiga obat konvensional. Pengukuran dampak adalah harapan hidup, kualitas usia hidup (QALYs), biaya, dan efektivitas tambahan biaya.

Oleh: Satiti Retno Pudjiati

Ilustrasi | Benjamin Jones/felixonline.coKepatuhan atau aderen terhadap terapi antiretroviral ( ART ) adalah kunci keberhasilan pengobatan infeksi HIV, karena ART berkelanjutan mampu menekan HIV hingga tak terdeteksi, mengurangi risiko resistensi obat, meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup, meningkatkan kesehatan secara keseluruhanserta mengurangi risiko penularan HIV. Sebaliknya, ketidakpatuhan terhadap pengobatan merupakan penyebab utama kegagalan terapi .

Mencapai kepatuhan terhadap ARTadalah penentu penting dari hasil jangka panjang pada pasien yang terinfeksi HIV.Untuk beberapa penyakit kronis, sepertidiabetes atau hipertensi , regimen obat tetap efektif meskipun pengobatan sempat dihentikan dan dilanjutkan kembali; namun dalam kasus infeksi HIV , ketidakpatuhan terhadap ART dapat menyebabkan kehilangan kontrol virologi, munculnya resistensi obat dan kehilangan pilihan pengobatan lanjutan dan memerlukan biaya yang tidak sedikit karena keterbatasan ARV lini kedua dan ketiga.

Oleh: Hersumpana

Ilustrasi|shutterstockPemanfaatan kondom sebagai alat kesehatan yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan IMS menghadapi tantangan kompleks. Kebijakan pemanfaatan kondom sebagai alat pencegahan belum berjalan secara optimal. Korelasinya dengan situasi perkembangan HIV menunjukkan persentase faktor risiko tertinggi adalah  kasus AIDS yang dilaporkan hingga akhir 2015 yaitu 80,3 % heteroseksual, 8% homoseksual (LSL), 4,1 % Ibu positif HIV ke anaknya, dan 3% Penasun (Ditjen P2PL, 2015). Tingginya   persentase kasus AIDS dari faktor resiko kelompok heteroseksual mencerminkan tidak efektifnya pemanfaatan fungsi kondom sebagai alat pencegahan AIDS. Ada kecenderungan terjadi peningkatan penularan HIV pada kelompok resiko rendah menurut hasil estimasi nasional 2015-2030 (KPAN, 2015). Di Yogyakarta, dilaporkan  kecenderungan peningkatan infeksi HIV pada ibu rumah tangga 12,7 % dan siswa/mahasiswa 6,8 % (Dinkes DIY, 2015). 

Oleh: Roxby et al.

Abstrak

NCBI LogoPendekatan pencegahan HIV secara struktural dan biomedis yang efektif dilakukan di seluruh Benua Afrika.  Sebuah pendekatan “siklus hidup” untuk pencegahan HIV menunjukkan keterhubungan kesehatan perempuan, anak dan remaja serta memprioritaskan intervensi yang menguntungkan dari populasi tersebut.  Para peneliti mengkaji strategi pencegahan biomedis baru untuk perempuan, kaum dewasa dan anak, pendekatan pencegahan struktural , dan modalitas baru untuk menghapus infeksi HIV pada bayi, dan mendiskusikan implikasi dari pendekatan siklus hidup bagi keberhasilan metode ini.  Beberapa contoh pendekatan siklus hidup meliputi evaluasi pendidikan dan strategi pencegahan HIV diantara gadis remaja tidak hanya peran mereka dalam mengurani risiko infeksi HIV dan kehamilan dini, tetapi juga memromosikan gadis dewasa sehat yang akan memiliki anak-anak masa depan yang lebih sehat.  Sama halnya dengan intervensi anak-anak sejak dini dengan pemberian asi eksklusif tidak hanya mencegaha HIV, akan tetapi berkontribusi untuk  kesehatan anak dan remaja yang lebih baik. Upaya Pencegahan HIV pada bayi yang paling ambisius, opsi B+, juga mewakili sebuah pendekatan siklus hidup dengan memberikan manfaat pencegahan dari layanan HIV yang optimal untuk kaum ibu;  Manfaat survival kesehatan ibu dari opsi B+ memiliki dampak kesehatan yang lebih utama dari pencegahan dengan bayi HIV yang diisolasi.  Potensi manfaat yang sinergis dari intervensi siklus hidup seharusnya dipertimbangkan pada perluasan upaya pencegahan HIV di Afrika.

Oleh :Swasti Sempulur

ilustrasi | www.coe.intPada sebuah acara serial diskusi kultural, seorang ibu menceritakan pengalaman menghadapi anak penyandang disabilitas tuna rungu dan wicara saat mengalami pubertas. Sama halnya dengan pengalaman remaja laki-laki pada umumnya yang mengalami perkembangan organ reproduksi dan seksual berupa mimpi basah, anak tersebut menganggap bahwa dia “ngompol” di saat-saat tidurya. Ibu tersebut mengisahkan bagaiamana dengan pengetahuan yang dimiliki seorang ibu untuk menyampaikan perkembangan seksualitas remaja pada anak dengan keterbatasan khusus. Kisah yang sama juga disampaikan seorang bapak yang memiliki kiat khusus untuk menghentikan emosi anak remajanya dengan disabilitas. Masih banyak cerita suka dan duka bagaimana orang tua menghadapi problematika seksualitas anak dengan disabilitas. 

Supported by

AusAID