Oleh J. Hope Corbin* And Maurice B. Mittelmark Pusat Studi Promosi Kesehatan Fakultas Psikologi, Universitas Bergen, Norwegia
Ringkasan
Ada sebuah keyakinan dalam promosi kesehatan bahwa tantangan kesehatan tidak dapat dihadapi dengan berhasil oleh para pelaku yang bekerja dalam kesendirian. Sinergi yang dihasilkan melalui kolaborasi dipandang vital. Sungguh, kolaborasi melelahkan dan banyak kolaborasi memudar sebelum tujuannya tercapai. Penelitian dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor dan proses yang mempromosikan dan menghalangi produksi outcome yang sinergis. Untuk tujuan ini, sebuah studi kasus dilakukan tentang program global untuk efektifitas promosi kesehatan (GPHPE). GPHPE melakukan kajian dan menyampaikan bukti efektifitas dari promosi kesehatan. Wawancara dengan 20 partisipan GPHPE dilakukan, ditranskip dan dianalisa, dan dokumentasi GPHPE menyediakan data tambahan.
Oleh : Justin Oliver Parkhurst et al.
Abstrak
Secara luas dimengerti bahwa layanan kesehatan ibu bertumpu pada keseluruhan sistem kesehatan. Meskipun demikian, masih terbatas penelitian empiris berbasis negara tertentu yang dilakukan untuk menelusuri cara bagaimana elemen-elemen sistem kesehatan dapat membentuk capaian kesehatan Ibu. Studi ini dilakukan untuk memperbaiki situasi ini dengan menyediakan sebuah contoh bagaimana sebuah pendekatan sistem kesehatan dapat bermanfaat untuk memahami layanan kesehatan ibu. Sebuah analisis komparatif dilakukan berbasis pada studi kasus luas tentang kesehatan ibu dan sistem kesehatan di Bangladesh, Rusia, Afrika Selatan, dan Uganda. Sejumlah karakteristik sistem kesehatan yang saling berkelindan mempengaruhi kesehatan ibu diidentifikasi dengan membandingkan latar yang berbeda tersebut.
Oleh: Hersumpana Ig.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi tenaga kerja kesehatan dalam menjalankan fungsi pelayanan (service delivery) kepada ODHA menjadi tantangan etis kemanusiaan dan profesionalisme. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara hukum sudah sejak lama menjadi kebijakan pemerintah bagi semua tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja yang rentan terdampak atau tertular penyakit dari jenis pekerjaan yang melekat pada ketugasan pokoknya, seperti tenaga kesehatan. Pokok persoalan ini menjadi perdebatan menarik di kalangan pekerja medis karena menyangkut beberapa aspek tidak saja soal tanggungjawab pekerjaan untuk memberikan perawatan, dan menyelamatkan nyawa pasien sebagai bagian dari tugas profesional sekaligus berdimensi etis kemanusiaan. Secara khusus isu ini menjadi diskusi pada 1 April 2015 di Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta mengambil tema “Layanan HIV dan AIDS : We Care, We Share dan Safe Care” sebagai bagian dari pembekalan kepada calon Mahasiswa Kesehatan yang akan melakukan praktik lapangan di komunitas dan Rumah Sakit maupun Puskesmas. Diskusi dalam format Talkshow ini sebagai tindak lanjut dari advokasi PKMK FK UGM kepada sekolah-sekolah Tinggi dan Akademi Kesehatan untuk mengembangkan wawaca HIV dan AIDS melalui berbagai kegiatan, baik secara formal maupun informal.
Sofia Gruskin et al.
Abstrak
Pengantar: Perhatian terhadap dampak negatif kendala-kendala struktural pada upaya penganggulangan HIV meningkat. Pengkajian kebijakan dan kondisi hukum nasional dengan memperhatikan komitmen negara terhadap hak asasi international adalah sarana menilai dan memberikan fokus untuk mengatasi kendala-kendala upaya penanggulangan HIV yang efektif.
Metode: Data kebijakan dan hukum dari 171 negara yang dilaporan berdasarkan pernyataan komitmen Sesi Khusus Sidang Majelis Umum PBB (UNGASS) 2001 tentang HIV dan AIDS dianalisis untuk menilai perhatian terhadap hak asasi manusia pada hukum nasional dan kebijakan yang relevan dengan kesehatan dan hak populasi kunci seperti IDU, MSM, dan pekerja seks.
Oleh : Hersumpana Ig.
Penelitian merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dalam upaya penanggulangan sebuah epidemi, khususnya HIV dan AIDS. Meskipun demikian, penelitian sejauh ini dinilai masih berjalan sendiri-sendiri yang lebih mencerminkan satu bentuk egoisme intelektual untuk memenuhi hasrat pencapaian akademis dan acapkali tidak berkorelasi langsung dengan praktek pengambilan kebijakan di tingkat praxis. Kesenjangan ini merupakan tantangan besar dalam mendukung Strategi Rencana Aksi Nasional KPAN 2015-2019 sebagai satu perhatian dalam pertemuan dua hari (24-25 Maret 2015) untuk merumuskan usulan agenda penelitian HIV dan AIDS 2015-2019[1].
© 2025 Kebijakan AIDS Indonesia